PERTENTANGAN-PERTENTANGAN
SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur
saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan tugas yang berjudul “Pertentangan-Pertentangan Sosial dan
Integrasi Masyarakat” ini dengan baik dan lancar.
Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah ISD. Dalam makalah ini akan dibahas hal-hal
yang menyangkut tentang perbedaan kepentingan, prasangka dan diskriminasi,
Ethnosentrisme dan stereotype, konflik dalam masyarakat, serta integrasi
masyarakat dan nasional. Maka dari itu makalah ini cocok dibaca oleh kalangan
mahasiswa maupun masyarakat umum yang cinta terhadap persatuan dan kesatuan
sebagai warga negara Indonesia.
Saya juga menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan
makalah ini.
Saya menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu saya
sangat berharap dapat menerima kritik dan saran dari semua pihak untuk
kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Amin.....
P e n u l i s
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tingkah laku
individu satu dengan individu lain pasti berbeda. Individu bertingkah laku
karena ada dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Tapi apabila gagal dalam
memenuhi kepentingannya akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya
maupun bagi lingkungannya. Dan suatu hal yang saling berkaitan, apabila seorang
individu mempunyai prasangka dan akan cenderung membuat sikap untuk
membeda-bedakan. Maka akan terjadi sikap bahwa kebudayaan dirinya lebih baik
daripada kebudayaan orang lain, sehingga timbullah konflik yaitu berusaha untuk
memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan
ancaman atau kekerasan.
Di dalam kelompok
masyarakat Indonesia, konflik dapat disebabkan karena faktor harga diri dan
kebanggaan kelompok terusik, adanya perbedaan pendirian atau sikap, perbedaan
kebudayaan, benturan kepentingan (politik, ekonomi, kekuasaan). Adat kebiasaan
dan tradisi yang hidup dalam masyarakat merupakan tali pengikat kesatuan
perilaku di dalam masyarakat. Suatu kelompok yang ada dalam keadaan konflik
yang berlangsung lama biasanya mengalami disintegrasi. Dan untuk menyelesaikan
semua itu melalui integrasi masyarakat. Integrasi dapat berlangsung cepat atau
lambat karena dipengaruhi oleh faktor homogenitas kelompok, besar kecilnya
kelompok, mobilitas geografis, dan efektifitas komunikasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang terjadi
di dalam masyarakat?
2. Mengapa permasalahan
itu terjadi?
3. Apa yang bisa
mengendalikan sehingga permasalahan bisa selesai?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui masalah apa
saja yang terjadi di dalam masyarakat.
2. Mengetahui yang
melatarbelakangi permasalahan itu muncul.
3. Masyarakat bisa menghindari
terjadinya permasalahan.
BAB II
PEMBAHASAN
Integrasi Sosial
Integrasi sosial adalah
jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah
unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Suatu integrasi sosial di perlukan agar
masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa
tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur
sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut :
Suatu masyarakat
senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan)
diantara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai
kemasyarakatan yang bersifat fundamental.
Masyarakat terintegrasi
karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai
kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di
antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh
adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat
terhadap berbagai kesatuan sosial.
Integrasi masyarakat
akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di dalam
masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, mengdeskriditkan
pihak-pihak lainnya dan tidak banyak sistem yang tidak saling melengkapi dan
tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu untuk mewujudkan integrasi
bangsa pada bangsa yang majemuk dilakukan dengan mengatasi atau mengurangi
prasangka.
Pertentangan Sosial
Konflik (pertentangan)
mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa
dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau
perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan
ciri-ciri dari situasi konflik yaitu :
Terdapatnya dua atau
lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat di dalam konflik.
Unit-unit tersebut
mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam
kebutuhan-kebutuhan,
tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun
gagasan-gagasan
3. Terdapatnya
interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu
tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan
dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi paa
lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada lingkungan yang luas
yaitu masyarakat:
Pada taraf di dalam
diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya
pertentangan, ketidakpastian,
atau emosi-emosi dan dorongan yang
antagonistic didalam
diri seseorang
Pada taraf kelompok,
konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari
perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan,
nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota
kelompok, serta minat mereka.
para taraf masyarakat,
konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma
kelompok dengan nilai-nilai an norma-norma kelompok yang bersangkutan
berbeda.Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat,
disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber
sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang aa dalam
kebudayaan-kebudayaan lain.
Penganut konflik berpendapat
bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling
ketergantungan di antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk
apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas
teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial. Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai
sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan
integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Faktor-Faktor
Faktor-faktor yang
menyebabkan timbulnya konflik yaitu:
a. Kekuasaan Kekuasaan adalah kemampuan untuk memenangkan kemauannya
a. Kekuasaan Kekuasaan adalah kemampuan untuk memenangkan kemauannya
sendiri, juga kalau
kemampuan itu bertentangan dengan kemauan orang lain.Barang kali pihak berkuasa
lebih kuat fisiknya, sehingga mampu mengalahkan pihak lain, maka dengan adanya
orang yang berkuasa atau mempunyai wewenang, tentuakan terdapat sebagian besar
orang dibawah wewenang mereka.
Kepentingan
Perbedaan-perbedaan dalam posisi mengakibatkan kepentingan kepentingan
antagonistis diantara mereka yang bersangkutan. Pihak yangberwenang mempunyai
rulling interest yang berlainan dari pihak yang dikuasai. Hal itu pernah
diungkapkan oleh Karl Marx dimana ia menyebutkan pembagian kerja sebagai
permulaan masyarakat kelas dan kesadaran sesat(False Consciusnes). Pihak yang
berwenang berkepentingan dalam ketahanan dan kelestarian status quo atau
susunan sosial yang telah memberikan kedudukan kepada mereka. Jadi mereka akan
cenderung untuk membela dan mempertahankan status quo itu.Sebaliknya pihak yang
dikuasai akan merasa diri tertekan dan terkekang oleh status quo, sehingga
menginginkan perubahan bahkan perombakan.
Kelompok yang
Antagonistis Uraian tentang kelompok-kelompok yang antagonistis Dahrendorf
membuat disfungsi antara kelompok potensial dankelompok aktual. Kalau sejumlah
mempunyai kepentingan bersama entah kepentingan sendiri, entah disadari namun
mereka belum beroganisasi dan bersatu, mereka disebut kelompok konflik
potensial. Mereka mempunyai kemungkinan (potensi) untuk menjadi kelompok
actual.
Macam-macam Konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan
menjadi 4 macam:
Konflik antara atau
dalam peran sosial (intrapribadi),
misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran
(role))
Konflik antara
kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
Konflik kelompok
terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
Koonflik antar satuan
nasional (kampanye, perang saudara)
Konflik antar atau
tidak antar agama
Konflik antar politik.
Akibat konflik
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai
berikut :
meningkatkan
solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan
kelompok lain.
keretakan hubungan
antar kelompok yang bertikai.
perubahan kepribadian
pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
kerusakan harta benda
dan hilangnya jiwa manusia.
dominasi bahkan
penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah
mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat menghasilkan respon terhadap
konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita
dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan
hipotesa sebagai berikut:
Pengertian yang tinggi
untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan
keluar yang terbaik.
Pengertian yang tinggi
untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk “memenangkan”
konflik.
Pengertian yang tinggi
untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan
“kemenangan” konflik bagi pihak tersebut.
Tiada pengertian untuk
kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik.
Pencapaian tujuan
dihubungkan dengan sistem kepribadian dalam arti bahwa tujuan sistem-sistem
sosial mencerminkan titik temu dari tujuan-tujuan individu dan memberikan
mereka arah sesuai dengan orientasi nilai bersama. Hubungan antara
pencapaian tujuan dengan sistem kepribadian ini mencerminkan perspektif Parsons
bahwa tindakan selalu diarahkan pada tujuannya.
Perlu dicari beberapa
bentuk akomodatif yang dapat mengurangi konflik sebagai akibat dari prasangka,
yaitu melalui empat sistem, diantaranya ialah :
1. Sistem budaya
seperti nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
2. Sistem sosial
seperti kolektiva-kolektiva sosial dalam segala bidang.
3. Sistem
kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan (persepsi),
perasaan
(cathexis), pola-pola penilaian yang dianggap pola-pola
keindonesiaan, dan
4. Sistem Organik
jasmaniah, di mana nasionalime tidak didasarkan atas
persamaan ras. Untuk
mengurangi prasangka, keempat sistem itu harus dibina,
dikembangkan dan
memperkuatnya sehingga perwujudan nasionalisme
Indonesia dapat
tercapai.
Upaya-upaya
Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
1. elimination; yaitu
pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yang diungkapkan
dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok
kami sendiri
2. Subjugation atau
domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat
memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya
3. Majority Rule
artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan
keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority Consent;
artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas tidak
merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk melakukan kegiatan
bersama
5. Compromise; artinya
kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari dan
mendapatkan jalan tengah
6. Integration; artinya
pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah
kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua
pihak
BAB III
ANALISIS
Opini
Kita sebagai bangsa
Indonesia, seharusnya menjunjung tinggi nilai kesatuan dan persatuan Bangsa,
walaupun terdapat perbedaan namun seharusnya, setiap masalah yang ada hendaklah
di pikir dengan kepala dingin terlebih dahulu. Terdapat banyak kasus demo masal
ataupun tawuran antarwarga maupun pelajar, yang sangat merugikan diri sendiri
dan orang lain disekitar kita. Untuk itu, perlulah ditanamkan jiwa cinta damai
dan penuh kasih diantara masyarakat, sehingga Bangsa dapat damai dan rakyat
dapat hidup dengan rukun.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar